Kamis, 13 Agustus 2015

Kau Percaya Cinta?

Aku dan sahabatku duduk berseberangan di meja makan di apartemenku. Sengaja ia kuundang untuk makan malam hari ini. Raut wajahnya menunjukkan perasaan bersalah yang tak dapat ia sembunyikan. Aku tersenyum semanis mungkin padanya.

"Mirae, cobalah masakan buatanku! Susah payah aku memasakkannya untukmu, kau malah diam membisu seperti itu! Kau ini seperti tak pernah makan masakanku saja!" aku merengut kesal karena ia hanya bermain-main saja dengan makanannya.

Mirae masih terdiam. Ia menunduk dan terlihat sedikit gelisah.

"Yya, kau ini kenapa sih? Kau sudah tak suka berteman denganku dan menghabiskan waktu bersama-sama lagi?" aku bertanya lagi padanya.

Mirae hanya memainkan garpunya diatas makanannya. Biasanya dia melahap apapun yang kumasak sampai tak bersisa. Kali ini sepertinya ada yang mengganggu pikirannya dan menghilangkan selera makannya.

Aku hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa. Aku menunggu ia mengatakan sesuatu. Mirae seperti sedang mengumpulkan keberaniannya. Baik, aku akan menunggu sebentar lagi.

"Ng... Minna, sebenarnya-"

"Apa yang mau kau bicarakan? Soal Jun? Aku sudah tahu." potongku tak ingin berbasa-basi. Mirae terkejut, dan ia makin terlihat salah tingkah.

"Lalu, kau...." ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Aku menghela nafas panjang setelah terdiam beberapa saat.

"Mirae, kau dan aku sudah bersahabat sejak kita SMP kan? Aku bahkan sudah tak ingat berapa tahun yang lalu saat itu. Aku tahu kau dan Jun diam-diam berkencan dibelakangku. Aku tahu kalian diam-diam saling jatuh cinta sejak aku mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu. Kau dan Jun yang menungguiku setiap malam di Rumah Sakit. Aku sudah mempunyai firasat saat itu, tapi aku berusaha mengabaikan kata hatiku sendiri." Sahutku tenang. Mirae menunggu aku berbicara lagi.

"Kau tahu, awalnya aku merasa sakit hati. Tapi ketika aku melihat kalian berdua bersama minggu lalu, aku tersadar,  bahwa cinta itu tak dapat dipaksakan. Cinta itu tak dapat ditebak. Kau, sahabatku. Dan Jun kekasihku. Well, sampai ia berpaling padamu tentunya. Haha." aku tertawa. Kulihat ekspresi heran diwajah Mirae.

Lama, Mirae menatapku lekat-lekat. Ia mendesah penuh penyesalan dan berkata sambil menunduk.

"Minna... Kalau kau ingin marah padaku, marahlah sekarang juga. Aku akan menerima kemarahanmu dalam diam. Aku tahu pengkhianatanku ini sangat menyakitkan untukmu. Tapi, seperti yang kau bilang, cinta itu tak dapat ditebak. Akupun tak menyangka akan jatuh cinta pada Jun, kekasihmu... Kuharap itu orang lain, Minna, bukan Jun-mu..." Mirae terisak. Aku jadi merasa sedikit iba padanya.

"Yya, kau kan belum mendengarkan semua yang mau kukatakan, Mirae! Aku tadi berkata padamu, awalnya aku memang sakit hati. Siapa yang tidak? Tapi, aku sadar, aku tidak akan mungkin mendapatkan cinta Jun seutuhnya untukku lagi. Bahkan mungkin sudah tidak ada lagi cintanya yang tersisa untukku. Kau percaya soal jodoh kan? Aku sadar bahwa aku tidak berjodoh dengan Jun. Kau, mungkin berjodoh dengannya..." aku tersenyum menenangkan Mirae. Matanya membelalak seolah tak percaya pada apa yang aku katakan. Ia tergagap beberapa kali, lalu memicingkan mata menatapku, mencari-cari kepalsuan disana.

"Minna, sungguhkah ini? Kau takkan marah padaku dan Jun? Setelah apa yang kami lakukan?? Ka- Kau sungguh merestui hubungan kami?" tanyanya masih tak percaya pada apa yang tadi kukatakan panjang lebar. Aku kembali tersenyum padanya.

"Mirae, jawab pertanyaanku. Kau percaya pada cinta? Kau paham apa itu cinta? Mungkin semua yang kukatakan padamu merupakan sebuah bentuk cinta? Cinta untuk sahabatku dan kekasihku, ah mian, mantan kekasihku..."

"Oh, Minna.. Aku tak tahu harus berkata apa...!" Mirae meraih tanganku dan menatapku dengan pandangan lega dan bahagia. Aku tertawa melihatnya.

"Kau memang tak harus berkata apa-apa, gadis bodoh! Sudahlah! Sekarang makanlah! Andai kau tahu perjuanganku memasak makanan ini untukmu, kau tentu takkan bermain-main dengan garpumu seperti tadi! Oh iya, ngomong-ngomong kau sudah bertemu Jun lagi?"

"Mmm.. Aku belum bertemu dengannya sejak dua hari lalu. Ponselnya pun dimatikan. Umm, mungkin kau tahu kira-kira ia kemana, Minna?" ujar Mirae sambil mulai melahap steak buatanku.

Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku tersenyum senang melihat ia makan dengan nafsu makan seperti Mirae yang kukenal. Namun, setelah dia menghabiskan setengah porsi steaknya, aku tak kuat lagi menahan tawa. Aku mulai tertawa terbahak-bahak dihadapannya. Mirae menghentikan suapannya, ia menatap heran padaku.

"Yya, kau kenapa Minna?"

"HAHAHAHAHAHAHAHA... Yya, Mirae, tadi aku bertanya padamu, kau percaya jodoh dan cinta?" susah payah aku menghentikan tawaku.

"I-iya aku percaya. Kenapa?" ia tergagap.

Aku tertawa lagi, aku tertawa semakin keras, "HAHAHAHAHAHAHA... Tahukah kau? Cinta yang kau percayai itu tengah kau makan, Mirae! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA..." Aku tertawa sampai berguling-guling dilantai sambil memegangi perutku.

"Ma- maksudmu?? Yya, Minna! Hentikan tawamu! Aku mulai takut!" wajahnya terlihat panik. Aku mengatur nafasku sebelum berkata dengan pelan dan pasti.

"Mirae, kau tadi bertanya padaku, apakah aku tahu dimana kira-kira Jun berada? Ya! Aku tahu dengan pasti, Mirae. Jun, cintamu, sekarang berada diperutmu! Menunggu kau cerna!! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA..."

Aku mulai tertawa histeris lagi. Terlebih ketika aku melihat sahabatku, si pengkhianat tak tahu malu itu, memucat. Lalu aku lemparkan padanya potongan jari manis Jun-nya tersayang, yang sedari tadi kukantongi di saku celanaku, sambil tersenyum. 

"Itu milik Jun-mu kan? Aah, maaf Mirae, cincin couple kalian ternoda darah..." ujarku dengan nada menyesal.

Mirae ternganga, ia menjerit ngeri sebelum memuntahkan "steak"-nya ke lantai. Aku menjerit senang.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHA... Kubilang apa Mirae? Kau mungkin berjodoh dengan Jun! Kau memasukkan Jun-mu kedalam mulutmu dan mengunyahnya dengan nikmat! Bagaimana, sobat? Cinta itu indah dan nikmat bukan?? Ah, Mirae...Mirae..."

Mirae menjerit dan menangis histeris sambil kembali memuntahkan CINTANYA. Aku tertawa.
Aku tertawa, lagi dan lagi. Aku tertawa seperti orang gila. Ups, bukankah aku memang gila?

.................

Oh, Tuhan, kupikir aku bisa tertawa selamanya seperti ini. Betapa lucunya semua ini! Cinta? Cinta itu apa? Cinta itu sekarang hanya seonggok muntahan dihadapanku. HAHAHA.
  
Mmm, aku lupa memberitahu Mirae. Untuk urusan cinta, aku tak berbagi.

*mian : maaf


*PS : Atas masukan dari beberapa readers, FF ini akhirnya gue edit dan gue jadiin sambungan dari FF sebelomnya ya (Aku Tak Berbagi). Enjoy! ^^

-Minna-

40 komentar:

  1. Sambungan yang kemaren, ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukaaan... ini beda lagi :D Namanya aja Hyun.. yg kemaren Jun. Dah ah..gue hiatus dulu bikin FF beginian.

      Hapus
    2. Akhirnya emang jadi sambungan Dell :D

      Hapus
  2. Balasan
    1. Jangan makan steak dalam waktu dekat ya Mak... ^^

      Hapus
  3. Utiiiiiiiiiiiiieee nampak nya aq akan berenti makan daging..hahahaha,,bener2 harus hiatus dl iihh :-P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan ih! Kita kan mau ngabaso...Janji, bukan daging mantan pacar da :))))

      Hapus
    2. Yeaaayy akhirnya korban nya cuma si jun..hahaha

      Hapus
    3. Umm...apa aku kudu bikin FF dari sudut pandang si Mirae?? *nyengir psiko* :D

      Hapus
  4. Keren, mak. Bagus ceritanya, jadi pengen bikin FF juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awwww...Dikomen Mak InJul xD
      Jadi malu :D Makasih mak dah mau baca :)) Bikin FF psiko juga mak? :D

      Hapus
  5. FFnya kece badai,,, saya dan JAng Hyuk menyukainya #dikeplak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe... nuhun teh...Salam buat Jang Hyuknya ;) :D

      Hapus
  6. Minna ikut 17an juga gak? Kira-kira ikut lomba apa ya?
    Eh..apa udah dipenjara *mulai berimajinasi*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minna? umm... kasih tau ga yaa...:D tunggu aja yah :p

      Hapus
  7. wow ;)

    ga kbayang gmn rasanya mkn steak daging manusia... heuheu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan dibayangin Mbak :D tar pengen..#eh

      Hapus
  8. Keren mbak karangan'a bikin merinding baca'a juga

    BalasHapus
  9. hadoooh..
    urusan percaya cinta seh aku percaya
    tapi urusan yg makan dagingnya ini langsung bikin mual x_x

    BalasHapus
  10. Critanya ini ditikam dr belakang ya, duh pedihhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi..tadinya ga nyambung sama FF sebelomnya Mbak...tapi katanya ada benang merahnya :D ya udh sekalian deh :D

      Hapus
  11. hiii seru juga ya baca artikelnya, menarik dan ada horornya juga..
    kalau saya sich tetap percaya saja.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..makasih udah baca.
      Iyaa jangan ketularan Minna yah ^^

      Hapus
  12. good morning and good luck spirit? Thank you for the information

    BalasHapus
  13. saya pun bingung dengan cinta itu apa..hahaha
    terimakasih untuk postinganya ya..sukses

    BalasHapus
  14. Gue mah percaya ke Allah ta'ala aja lah Teh klo begini caranya.. >·<

    Teteh harusnya td jgn blng klo ini sambungannya, jadinya pan aku udah bisa nebak si Minna lagi masak apaan sebelum kelar di ending :D

    BalasHapus
  15. Anjirrrrrr mba Utie serem banget ya ampun. Psiko banget... T_T

    BalasHapus