Senin, 10 November 2014

I Found You in Tokyo


"Uh, Bandara Narita! Gue pengen urusan kantor cepet beres! Oh,betapa gue pengen ke Seoul..!"

Pikir gue kesel begitu tiba di Tokyo sore itu. Impian gue sebenernya pengen ke Seoul, tapi tugas kantor malah bikin gue terdampar disini. Gue sendirian pula! General Manager yang harusnya pergi bareng gue mendadak batal, katanya dia diare parah habis makan seblak ceker! Oh Tuhan...GM macam apa dia?


Entar yang jemput lo anak kantor pusat Tokyo, orang Indonesia juga...” Gue inget pesen Risma sebelom berangkat.

Berusaha untuk ngga celingukan kaya turis bloon, gue mengedarkan pandangan nyari orang yang menempelkan nama gue pada selembar kertas di jidatnya, eh, di dadanya. Dan ketemu! Bergegas gue samperin makhluk yang katanya anak kantor pusat itu.



Semakin gue mendekat semakin terlihatlah sosoknya, memegang selembar kertas bertuliskan "MISS KISHA-INDONESIA" dengan huruf-huruf segede gaban.
Senyumnya lalu tersungging seolah mengenal gue. Tunggu..tunggu... kok mukanya keliatan familiar sih....? 
Kok kaya cowok kecengan gue selama 4 tahun kuliah ya? 

Yang cuma bisa gue cintai diem-diem karena sobat gue Ayu menaruh hati duluan sama cowok itu. Dan cintanya sepertinya lebih besar dari cinta gue karena dia rela mencoba membuang nyawa ketika si cowok bernama Kai itu menolaknya. Ya, Ayu pernah menyayat urat nadinya karena pernyataan dingin Kai yang meluluh lantakkan hatinya. Yang membuat gue mundur pelan-pelan dan menjauh dari kehidupan cowok itu. Demi gue, demi persahabatan gue. Demi luka yang sampai kini masih berbekas di pergelangan tangan sahabat gue.

Ah, Kai...
Ternyata itu memang dia! Oh, Tuhan...iya, itu dia. Kai yang itu. Yang membuat gue lari tunggang langgang dalam hujan demi ingin berangkat ke kampus bareng cowok itu. Yang ngambil jurusan Bahasa dan Sastra dikampus yang sama, meskipun Tuhan menempatkan kami dikelas yang berbeda. Yang membuat gue jatuh cinta mati-matian karena sikapnya yang acuh tak acuh seolah ngga butuh teman apalagi perempuan.

Kaki gue akhirnya tau rasanya galau, antara pengen lari dan menghambur kedalam pelukannya setelah tiga kali lebaran ngga ketemu atau berjalan seanggun mungkin seperti halnya wanita dewasa meskipun sedikit goyah dan gemetar. Antara ingin mengikuti naluri yang cenderung impulsif dan memalukan, atau bersikap santun ala dua manusia yang sudah lama ngga ketemu.

“Hai..ternyata bener itu kamu, Kisha, aku pikir salah liat atau berhalusinasi..! Takdir apa yang bawa kamu ketemu aku disini? But hey, Welcome to Tokyo..! Sepertinya banyak hal yang harus kita omongin diluar tugas kantor ya?” Sambutnya panjang lebar dengan senyum maut yang dulu bikin gue serasa mentega dalam wajan diatas kompor (dan ternyata masih sampe sekarang).

Otak gue berkabut, belom sanggup berkata-kata ditempa kalimat bertubi-tubi itu. 
Gue masih belom bisa mencerna fakta bahwa hari ini, di kota yang sebenernya ngga mau gue datengin, gue ketemu dengan dia, Kai. Yang baru gue sadari kalo ternyata gue masih menyimpan rindu dan harap buat dia, sebesar rindu bertahun-tahun lalu.

Gue masih belom ngucapin apa-apa.
Hanya saja ada sebuah pikiran yang terlintas di otak gue "Tuhan, gue ngga mau pulang......"


 ***


*Tulisan ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Giveaway http://nbcipb.tumblr.com/post/101754694069/giveaway-pesta-flash-fiction dan sudah disunting untuk kepentingan pribadi karena give awaynya gagal, hehehehe*

4 komentar:

  1. Balasan
    1. :p bukan...aku bukan EXOtics atau EXO-L :D kebeneran aja namanya lucu, dalam bahasa Hawai, Kai itu artinya Samudera..aku kan tergila2 sama air,hihihi...

      btw aku Boice *Yong Hwa garis keras* :))

      Hapus
  2. oh flash fisction pantes pendek banget. nanya dong seblak ceker itu makanan kayak apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya iseng2 nyobain... kontes pertama nih :)) *meski tau ga bakalan menang*

      Bang orang mana sih? masa ngga tau seblak ceker? Beuuuhhh rugiiii.... :D ituu ceker ayam yang dimasak bumbu pedess... ada ko pic nya di postingan gue yang Maeundakbal alias Seblak Ceker (tapi itu ala Koreanya)

      Hapus